Cerita Tertembaknya Petani di Magetan Oleh Pasukan Belanda pada Agresi Militer Belanda Ke II

12 Agustus, 2022
Cerita Tertembaknya Petani di Magetan Oleh Pasukan Belanda pada Agresi Militer Belanda Ke IIPada masa agresi militer Belanda ke II tahun 1948 para pejuang di Kabupaten Magetan tak pernah mengenal kata menyerah. Srie Ngestu Padinah, salah satu perempuan pejuang anggota Legiun Veteran Kabupaten Magetan mengatakan, pejuang bersama Pasukan Siliwangi berupaya mencegah masuknya pasukan Belanda ke Magetan dengan menanam bom dan merusak sejumlah jembatan. Sayangnya Belanda yang masuk melalui Karanganyar, Jawa Tengah, berhasil masuk ke Magetan melalui Jembatan Njawar yang waktu itu tidak di hancurkan.  “Dulu jembatan Gandong itu ditanami bom kecil-kecil itu sama dihalangi pohon atau apapun yang bisa menghambat pasukan Belanda,” ujarnya saat ditemui di Kegiatan Ramah Tamah pejuang dengan Bupati Magetan di Surya Graha.Meski berhasil masuk ke Magetan, namun sejumlah upaya dilakukan oleh pejuang di Magetan agar Belanda tidak betah berada di sini. Salah satu upayanya adalah dengan memblokade kebutuhan pokok ke dalam Kota Magetan. Mbah Santun salah satu pejuang yang tergabung dalam pasukan Hizbulloh pada waktu itu mengatakan, upaya blokade dilakukan di wilayah masuk kota. “Blokade itu untuk beras, arang bahkan kayu bakar juga dilarang masuk ke Kabupaten atau kota Magetan. Tujuannya supaya Belanda tidak betah tinggal di Magetan,” katanya.Pada waktu itu pejuang di Kabuapten Magetan memilih melakukan perang gerilya untuk menghadapi pasukan Belanda, mengingat masih minimnya persenjataan yang mereka miliki. Perang gerilya yang dilakukan oleh para pejuang ternyata menyulitkan langkah Pasukan Belanda menaklukkan Kabupaten Magetan.Sulitnya menghadapi pasukan pejuang membuat pasukan Belanda memilih bergerak untuk melakukan operasi hanya pada siang hari. Jika terpaksa harus keluar malam pasukan Belanda mempunyai cara unik agar tidak mengantuk dengan cara mereka menggegam rokok. Ketika mereka tertidur maka mereka akan terbangun setelah api rokok menyulut tangan mereka. “Jadi rokoknya ditaruh di tengah tangan setelah pendek apinya akan menyulut tangan. Maka mereka akan bangun dan waspada,” kata Santun.Ada kejadian menarik ketika seorang petani yang tewas dibunuh oleh pasukan Belanda karena melihat nyala api rokok pasukan Belanda yang tertidur. Karena merasa heran, petani yang sedang mengairi sawah bernama Marto Diran, Warga Desa Terung kemudian berteriak menanyakan siapa gerangan itu. “Namanya Marto Diran, dia orang Terung. Belanda langsung menembak dia ketika dia berteriak menanyakan siapa itu karena melihat nyala api rokok,” jelasnya.Belanda menyerbu Magetan pada tanggal 19 Desember 1948 melalui wilayah Tawangmangu, Jawa Tengah. Pasukan Belanda meninggalkan Kabupaten Magetan pada tanggal 26 Oktober 1949. Pada saat pendudukan oleh Tentara Belanda, Pusat Pemerintahan Kabupaten Magetan sempat berpindah-pindah dan pada tanggal 1 Januari 1950 pusat pemerintahan di Magetan yang dulunya berada di pinggir kota akhirnya dipindahkan kembali ke pusat kota.(Diskominfo / kontrib.skc / fa2 / IKP1)Share this:TwitterFacebook

Berita


KENAL PISAH KAPOLRES MAGETAN

17 April, 2025

Sobatkom… Kapolres Magetan kini resmi dipimpin AKBP Raden Erik Bangun Prakasa dari Bidpropam...

Selepas Lebaran Satgas “Burung Hantu” Nguntoronadi Kembali Beraksi

16 April, 2025

Wujudkan Layanan Sosial yang Inklusif dan Humanis, setelah libur Idul Fitri 1446 H, “Satgas...

Festival Pamelo Magetan 2025, Buah Khas Andalan Bumi Mageti

15 April, 2025

Festival Pamelo Magetan merupakan acara tahunan yang menampilkan jeruk pamelo, produk unggulan...

Tergabung dalam Grup F Perbasi Kabupaten Magetan Ikuti Pra – PORPROV IX Jawa Timur Tahun 2025

15 April, 2025

SobatKom Ketua Umum PERBASI Magetan periode 2024 – 2028 Cahaya Wijaya, S.STP., M.Si...

RAKOR INFLASI BERSAMA K/L DAN KEPALA DAERAH SE-INDONESIA DIRANGKAIKAN DENGAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN SEKOLAH UNGGULAN GARUDA

14 April, 2025

Rakor inflasi kembali digelar seusai libur lebaran, pada minggu ketiga April 2025, Senin...