Mengintip Tradisi Pemkab Magetan, Ziarah 7 Makam Leluhur Jelang Hari Jadi ke-347
4 Oktober, 2022
Mengintip Tradisi Pemkab Magetan, Ziarah 7 Makam Leluhur Jelang Hari Jadi ke-347Sebagai salah satu rangkaian kegiatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-347 tahun 2022, ziarah 7 makam leluhur merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakam oleh Pemerintah Kabupaten Magetan setiap tahunnya.Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana tim ziarah dibagi menjadi tujuh, tahun ini seluruh jajaran Forkopimda Kabupaten Magetan melaksanakan ziarah ketujuh makam leluhur secara bersama-sama.Adapun makam pertama yang dikunjungi oleh rombongan, yakni Makam Ki Ageng Mageti. DiyakiniKi Ageng Mageti merupakan sosok pembabat hutan yang menjadi cikal bakal berdirinya Kabupaten Magetan. Dari nama Beliaulah, nama Kabupaten Magetan diambil. Konon, pengambilan nama tersebut merupakan perintah langsung dari Bupati Magetan yang pertama, yaitu Basah Bibit Gondokusumo.Bertolak dari makam Ki Mageti, rombongan melakukan ziarah ke makam Astono Gedong yang terletak di Kelurahan Tambran. Di makam tersebut disemayamkan Bupati Pertama Kabupaten Magetan, yakni Adipati Yosonegoro yang sebelum diwisuda bernama asli Basah Bibit Gondokusumo.Diketahui, Basah Bibit Gondokusumo merupakan salah satu putra Sultan Amangkurat I dari Garwo Selir. Karena tidak sejalan sengan Ayahanda, Basah Bibit Gondokusumo dijatuhi hukuman selama 40 hari di Gedong Kuning Semarang. Dari Gedong Kuning, Ia kemudian menyingkir ke Lereng Gunung Lawu dan bertemu dengan Ki Ageng Mageti.Basah Bibit Gondokusumo diwisuda menjadi Bupati Magetan pada hari Jumat Legi, 12 Oktober 1675 yang kemudian hari tersebut ditetapkan menjadi hari jadi Kabupaten Magetan dan ditandai dengan Warso Sengkolo “Manunggaling Roso Suko Hambangun”.Berikutnya, dari Makam Sentono Gedong jajaran Forkopimda Kabupaten Magetan ziarah ke Makam Sentono Bulu. Di sana disemayamkan jenazah Patih Nrang Kusumo, patih Sultan Amangkurat I yang juga merupakan Putra Gusti Susuhunan Giri IV.Sejarah mencatat, Patih Nrang Kusumo rela meletakkan jabatan patihnya dari pada harus bekerja sama dengan Belanda. Setelah meninggalkan Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat, Patih Nrang Kusumo pergi bertapa di Goa Segolo-golo di Lereng Gunung Lawu dan selanjutnya mengabdi kepada Adipati Yosonegoro.Selesai berziarah di Makam Sentono Bulu, rombongan Forkopimda menuju ke Makam Ngrancang Kencono Gunung Bancak. Di sana, disemayamkan jenazah Gusti Putri Maduretno bersama suaminya Raden Ronggo Prawirodidjo III. Gusti Putri Maduretno merupakan salah satu putri Sultan Hamengkubuwono II yang memilih tinggal di luar Keraton bersama suaminya untuk melakukan perlawanan terhadap Penjajah Belanda dari Monconegoro Wetan yang dulu berkedudukan di Maospati.Sebagaimana keturunan keraton lainnya, Gusti Putri Maduretno dimakamkan ditempat yang tinggi yaitu di Gunung Bancak bersama Sang Guru, Kyai Kaliyah.Dari Gunung Bancak, rombongan bertolak menuju Makam Sasono Mulyo yang terletak di Sawahan Kelurahan Kepolorejo. Di sana terdapat 5 makam leluhur Kabupaten Magetan yakni, Raden Mas Aryo Kertonegoro Bupati ke-9, Raden Mas Aryo Adipati Surodiningrat Bupati ke-10, Raden Mas Aryo Kerto Hadi Negoro Bupati ke-11, Raden Mas Aryo Hadiwinoto Bupati ke-12, dan Raden Mas Tumenggung Suryo Bupati ke-13.Makam berikutnya yakni Makam Desa Pacalan Kecamatan Plaosan. Di sana terdapat makam Ki Ageng Kembang Sore dan Kyai Adipati Purwodiningrat. Kyai Adipati Purwodiningrat atau Tumenggung Sosro Winoto merupakan Bupati ke-6 yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Bupati Pasuruan dan Bupati Kertosono.Beliau rela meninggalkan jabatannya sebagai Bupati demi mencari ilmu kepada Sang Guru Ki Ageng Kembang Sore yang mempunyai kesaktian antara lain pagi menanam dan sore harinya sudah berbunga. Di lingkungan makam tersebut terdapat makam 7 leluhur lain.Terakhir, rombongan melakukan ziarah ke Makam Ronggo Galih di Desa Durenan Kecamatan Sidorejo. Diketahui, Ronggo Galih merupakan Bupati ke-2 yang pernah memimpin Magetan selama 6 tahun. Beliau juga merupakan Kerabat Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat yang menentang penjajah Belanda dan menyingkir ke Lereng Gunung Lawu sebelah timur melalui Desa Njeblok, Kecamatan Poncol.Dijumpai usai acara ziarah Bupati Magetan Suprawoto menceritakan sedikit kisah Bupati Magetan Terdahulu, yakni Bupati Suryo dan Eyang Ronggo Galih. Dalam perayaan HUT ke-347 Kabupaten Magetan Bupati berharap Kabupaten Magetan bisa semakin maju dan membanggakan.“Harapannya, Magetan akan semakin baik, tidak tertinggal dengan kabupaten lain dan jadi salah satu kabupaten yang membanggakan,” pungkasnya pada Selasa, (04/10).Tidak hanya berziarah, jajaran Forkopimda Kabupaten Magetan juga menyerahkan bantuan sembako serta tali asih kepada masing-masing juru kunci makam leluhur Kabupaten Magetan.Hadir dalam acara ziarah 7 makam leluhur, Bupati dan Wakil Bupati Magetan, Ketua DPRD, Sekdakab, Asisten Ahli, Forkopimda Magetan, pimpinan OPD terkait, serta Camat se-Kabupaten Magetan.(Diskominfo / pb.nin&to / dok.cup / fa2 / IKP1)Share this:TwitterFacebook