Bedug Masjid Nglengki Berusia Sekitar 250 Tahun, Masih Difungsikan Sebagai Tanda Waktu Masuk Sholat
31 Maret, 2023
Bedug Masjid Nglengki Berusia Sekitar 250 Tahun, Masih Difungsikan Sebagai Tanda Waktu Masuk SholatMasjid Nglengki di Desa Geplak Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur diduga menjadi masjid tertua di Kabupaten Magetan karena diperkriakan telah berusia lebih dari 250 tahun.Pengasuh Masjid Nglengki Ustad Muhamad Rafiq Husain mengatakan, tidak ada bukti tertulis kapan masjid yang berada di tengah perbukitan dengan dikelilingi hutan jati tersebut bediri, namun dari silsilah pengelola masjid yang telah berganti hingga 5 turunan bisa disimpulkan lebih dari 250 tahun. “ Untuk tanda pembangunan masjid kami tidak menemukan, tetapi dari cerita turun temurun masjid ini di bangun oleh kakek buyut kami, yang membangun masuk kakek buyut kami Kyai Rofii,” ujarnya.Tidak ada tanda penanggalan dalam bangunan masjid yang di rintis oleh Kyai Rofii. Kyai Rofii berasal dari Brebes Jawa Tengah yang saat itu mondok di wilayah bagian Timur Pulau Jawa. Pada saat itu setelah menamatkan pendidikan di pondok, Kyai Rofii oleh gurunya dipesan untuk mengembangkan agama di daerah lain atau diluar daerah Brebes. “Kyai Rofii sempat bermukim dan menikah di daerah Mundu Madiun, tetapi merasa kurang sreg mengembangkan syiar agama disana, kemudian beliau hijrah ke wilayah Barat dan sampai di kawasan Nglengki ini. Untuk pembangunan masjidnya tidak ada tanda atau catatan kapan dibangun,” imbuhnya.Disebelah selatan bangunan Masjid Nglengki masih tersisa bangunan yang berukuran sekitar 4X6 meter yang terbuat dari batu bata dengan plesteran dari tanah liat yang merupakan tempat belajar para santri pada saat itu. Pada saat itu kawasan seluas lebih dari 200 meter persegi di sekitar masjid merupakan kawasan bangunan pondok pesantren. “ Sekitar 200 meter kearah timur masjid, kita masih bisa temukan bekas pondasi bangunan yang terbuat dari bata yang ukurannya besar dengan plester tanah. Dulu kawasan sini kawasan pondok pesantren tradisional,” ucapnya.Bedug berusia 250 tahunPada waktu itu Kyai Rofii mempunyai seorang putri yang banyak ditaksir oleh para santri. Karena sudah memasuki akil baliq, Kyai Rofii kemudian membuat sayembara dimana para santri yang bisa membuat bedug dengan suara menggelegar, maka santri tersebut akan dinikahkan dengan putrinya. Sejumlah santri mengikuti sayembara yang diumumkan oleh Kyai Rofii tersebut.Zainal Musofa salah satu santri yang berasal dari Plaosan juga mengikuti sayembara yang diadakan oleh Kyai pengasuh pondok pesantren Nglengki tersebut. Pada saat itu Zainal Mustofa mencari kayu bedug dari kaki Gunung Lawu. Setelah selesai dibuat, bedug dari kayu nangka yang memiliki diameter lebih dari satu meter tersebut digelindingkan dari Plaosan menuju Pondok Pesantren Nglengki untuk membawanya. “ Dari sejumlah berdug yang dipukul, hanya bedug Kyai Zainal Mustofa yang bunyinya nyaring,” kata Ustad Muhamad Rafiq Husain.Keduanya kemudian dinikahkan dan atas saran dari Kyai Rofii, pasangan pengantin tersebut kemudian mengembangkan syair agama di daerah Sobontoro, daerah yang berada di sebelah Barat Pesantren Nglengki kurang lebih 10 kilometer dari pesantren.Sayangnya saat ini kawasan Masjid Nglengki tak lagi ada kegiatan pondok pesantren. Diperkirakan pasca meninggalnya Kyai Rofii kegiatan Pondok Pesantren Nglengki mulai sepi. Meski demikian sejumlah warga masih sering terlihat mengunjungi bangunan bekas pondok serta Masjid Nglengki.Bangunan masjid Nglengki berupa tiang utama, sejumlah pintu dan mimbar khotbah yang terbuat dari kayu jati dipercaya masih merupakan peninggalan pada awal Masjid Nglengki dibangun. Bahkan bedug yang dibuat oleh Kyai Roffi untuk mengikuti sayembara tersebut masih terawat dengan baik. Bedug tersebut bahkan masih difungsikan sebagai penanda waktu masuk sholat. Bedug dengan penyangga kayu jati tersebut diletakkan di teras masjid.Bahkan di setiap Bulan Ramdhan bedug tersebut ditabuh dengan tetabuhan kombinasi pukulan bedug dengan pukulan kayu bedug yang menghasilkan ritme music untuk mengiringi sholawat untuk kegiatan remaja yang melakukan sholat di Masjid Nglengki. “ Masih kita fungsikan untuk sholat Jumat atau saat Bulan Ramadhan anak anak di masjid sini masih kotekan dengan bedug ini. Untuk badan bedugnya yang terbuat dari kayu nangka masih asli, hanya kulit sapinya yang diganti,” pungkas Ustad Muhamad Rafiq Husain.(Diskominfo / kontrib.skc / fa2 / IKP1)Share this:TwitterFacebook