Usaha Laundry Gunakan Biogas, Pemdes Sukowidi Kembangkan Kemandirian Energi Limbah Kotoran Sapi
26 Maret, 2022
DISKOMINFO, Magetan – Keluarga Agus dan Nita, warga Desa Sukowidi, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan, kini senang, semringah. Istrinya yang membuka usaha laundry pun berjalan lancar.Sebelumnya, usaha cucian ini, membutuhkan LPG 3 Kg untuk setrika uap. Namun, kini juga nyaris tidak ada pengeluaran rutin untuk membeli gas elpiji melon.Hal ini setelah laundry yang dikelola sang istri menggunakan setrika uap dengan bahan bakar biogas. Bukan elpiji. “Saya kan mempunyai ternak sapi, kotorannya dijadikan biogas,” ujar Agus, Sabtu (26/03/2022).Apa yang dilakukan keluarga Agus ini juga digalakkan beberapa masyarakat Sukowidi. Di mana, di desa ini, hampir tiap rumah memiliki ternak sapi. “Biogas ini memang solusi bagus. Dan, yang pasti irit karena nggak beli elpiji lagi,” terang Agus.Tidak hanya setrika uap di usaha laundry, keluarga Agus ini juga menggunakan biogas untuk kebutuhan memasak sehari-hari. Termasuk, memasak air untuk campuran makanan hewan ternak. “Air matang yang dimasak dari biogas ini juga kami jual. Hasilnya lumayan bisa menambah pendapatan keluarga,” paparnya.Menurut Sekretaris Desa Sukowidi, Yudo Santiko, pemerintah desa berusaha keras mendorong warganya agar memiliki kemandirian energi. “Cita-cita kami agar Sukowidi menjadi Kampung Biogas. Sehingga, kemandirian energi bisa terwujud,” ujar Yudo, Sabtu (26/03/2022).Ia mengatakan, sebagian besar warga hidul dari bertani dan beternak. Sehingga, dapat memenuhi suplai kebutuhan pengisian kotoran ternak atau limbah untuk unit/kubah biogas ukuran 6-10 m3. “Biogas ini sumber energi alternatif yang ramah lingkungan,” terang Yudo mendampingi Kades Sukowidi, Suratman.Menurut dia, kotoran sapi, awalnya menjadi masalah besar. Ini lantaran hanya dibuang atau ditumpuk di sekitar kandang. Kemudian, lambat laun mengalir ke selokan. Dan, menuju bantaran sungai ataupun sawah warga. “Bau dan kotor jadi biang penyakit. Dampaknya juga mencemari lingkungan.”Berangkat dari situlah, Pemdes Sukowidi sudah beberapa tahun ini, mendorong warganya untuk mengolah limbah kotoran sapu menjadi biogas. Memang belum banyak warga yang memahami potensi tersebut. Mungkin lantaran takut. Namun, sejatinya, tandon, kubah dan perangkat biogas ini sebenarnya aman. “Harapan kami ke depan, dalam satu RT bisa urunan juga gotong royong membangun tandon dan instalasi biogas. Sehingga, biogasnya, bisa dinikmati bareng antar-tetangga,” tambah Yudo yang juga Humas PPDI Magetan tersebut.Ditambahkan, semakin banyak kotoran sapi yang dimasukkan ke dalam tabung, maka semakin banyak pula biogas yang dihasilkan. Tandon atau kubah biogas yang dibangun, saat ini, berukuran 7 m3. Itu hanya bisa memenuhi keperluan masyarakat di sekitar kandang saja. “Gas metan ini yang bisa digunakan sebagai bahan bakar ramah lingkungan. Sehingga, masyarakat akan memiliki kemandirian energi,” papar Yudo.Untuk fermentasi, dibutuhkan waktu 14 hari. Selama proses itu, bakteri anaerobik akan mengubah biomassa kotoran sapimenjadi gas metan.”Sukowidi menuju Kampung Biogas ini sudah kami usulkan dua kali dalam Musrenbang Kabupaten. Kami berharap Pemkab Magetan memberikan atensi untuk kemandirian energi seperti biogas ini,” pungkas dia.(Diskominfo/kontrib.rif/fa2/IKP1)Share this:TwitterFacebook